PETERNAKAN BEBEK

MANAGEMENT TEAM

ANALISA USAHA

ANALISA USAHA
BUDIDAYA BEBEK PEKIN
1. Buat kandang bebek (4m x 4m) 100 ekor x 2 kandang Rp 4.800.000,-
2. Sewa lahan 1 tahun Rp 1.200.000,- +
Total investasi Rp 6.000.000,-
1. Beli DOD 200 ekor x Rp 15.000,- Rp 3.000.000,-
2. Pakan 3,75 kg/bebek/bulan x Rp 3.000/kg x Rp 4.500.000,-
200 ekor x 2 bulan
3. Biaya vaksin & vitamin Rp 750.000,-
4. Upah tenaga kerja Rp 900.000,- x 2 bulan Rp 1.800.000,-
5. Penyusutan kandang (2 tahun) Rp 200.000,-
6. Penyusutan sewa lahan (1 tahun) Rp 100.000,-
7. Biaya operasional Rp 400.000,- x 2 bulan Rp 800.000,- +
Total modal kerja Rp 11.150.000,-
200 ekor x 1,3 kg x Rp 70.000,- = Rp 18.200.000,-
Laba = Rp 18.200.000,- -- Rp 11.150.000,-
= Rp 7.050.000,-


Resto Bebek Butuh Pasokan

Peluang usaha rumah makan bebek tampaknya kian berkembang seiring peningkatan minat masyarakat menyantap daging bebek.
Belakangan ini penjaja menu daging bebek terlihat makin marak. Mereka menawarkan berbagai variasi masakan bebek, mulai dari bebek goreng, bebek bakar, bebek sambal hijau, bebek kebuli, tongseng, dan sebagainya. Di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, misalnya, dalam waktu sebulan terakhir muncul dua rumah makan bebek. “Perkembangan usaha rumah makan bebek ini semakin besar selama orang masih menginginkan makanan dengan menu-menu baru. Tentunya ini bisa jadi sebuah peluang bagi pemasok bebek,” ujar Antonius Kardjono, pemilik dan pengelola Rumah Makan Bebek Ginyo di Tebet, Jakarta Selatan.
Hal yang sama dibenarkan Rouf Estianda, pemilik Rumah Makan Bebek Tunjungan juga di Tebet. “Tren makan daging bebek mulai berkembang tidak hanya di pedagang kaki lima saja tapi sudah mulai ke kelas restoran. Menu yang ditawarkan juga relatif terjangkau oleh masyarakat,” komentarnya.
Komentar Rouf ada benarnya. Lihat saja warung-warung tenda di Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi yang menyajikan menu bebek dengan berbagai variasinya nyaris selalu ramai diserbu pengunjung. Selain mengindikasikan minat menyantap daging bebek, maraknya warung bebek sedikit banyak juga menggambarkan bisnisnya. Seporsi menu bebek bisa mendatangkan laba bersih Rp3.000. Dengan asumsi, harga bebek Rp22.000/ekor dan tiap ekor dipotong jadi 4 bagian. Satu porsi menu bebek lengkap (nasi, lalapan dan sambal) dijual Rp12.000. Rata-rata keuntungan yang diperoleh warung kaki lima maupun outlet berkisar Rp500.000—Rp 2,4 juta/hari.
Butuh Banyak Pemasok
Pertumbuhan usaha kaki lima yang berjualan bebek goreng, menurut Sugeng Widodo, pemilik Warung Tenda Bebek Goreng Joko Putra di daerah Petogogan, Jakarta Selatan, cukup bagus. “Beberapa warung tenda yang dulunya hanya menyajikan menu ayam dan ikan lele. Kini mereka mencoba menu bebek goreng,” tambahnya. Hasilnya tidak kurang dari 10 ekor per hari mereka bisa memenuhi kebutuhan konsumennya.
Perkembangan usaha rumah makan bebek lebih cepat lagi. “Saya hanya butuh waktu 6 bulan untuk bisa membuka 3 cabang. Omzetnya pun cukup lumayan,” ungkap Rouf Estianda. Dalam sehari, rumah makannya menghabiskan 400 ekor/hari.
Sementara itu, Antonius Kardjono yang terbilang pendatang baru sanggup menjual 150 ekor/hari dengan 5 variasi menu. Sedangkan Sugeng Widodo menghabiskan sekitar 75 ekor dan Santoso pemilik Resto Tiktok Van Depok 50 ekor per hari.
Namun sayang, kebutuhan setiap warung ini seringkali terganggu karena pasokan yang seret. Padahal bagi pemilik Rumah Makan Bebek, urusan memperoleh bahan baku sangat penting. “Tak jarang saya mendapatkan jumlah bebek kurang dari kebutuhan sehari-hari. Mungkin disebabkan masih sedikitnya budidaya bebek khusus potong,” keluh A. Kardjono. Ini membuat Kardjono was-was karena pernah butuh 150 ekor/hari ternyata pemasoknya hanya sanggup mengirim 50 ekor. Sisanya harus dicari sendiri. Padahal itu tidak mungkin dilakukannya.
Hal yang sama juga dialami Sugeng Widodo. Bahkan ia pun harus mencari sendiri ke pasar-pasar di seputar Jakarta. “Memang hanya 75 ekor per hari kebutuhan warung saya. Tapi kalau hanya ada separuhnya, ‘kan kasihan pelanggan setia saya yang ingin makan bebek, saat datang, bebek sudah habis,” jelasnya.
Rouf Estianda pun mengaku seringkali kehabisan bahan baku. “Kadang target stok tidak terpenuhi dari satu supplier saja,” katanya.
Untuk menjaga agar jangan sampai kekurangan, Kardjono menyiasatinya dengan tidak mengandalkan satu pemasok. Dia terpaksa harus mencari banyak pemasok.
Menghilangkan Rasa Amis dan Alot
Selain peluang yang masih terbuka, bisnis warung bebek menghadapi tantangan untuk menghilangkan kesan daging bebek alot dan amis. Dengan teknik pengolahan yang tepat, daging bebek pun bisa tampil menjadi sajian yang empuk dengan cita rasa menggoda. Syukurlah, citra daging alot dan amis sudah mulai berkurang di beberapa warung tenda dan rumah-rumah makan yang menyajikan menu bebek.
Beberapa rumah makan bebek memiliki kiat tersendiri agar bisa mendapatkan olahan bebek yang prima. Usaha yang dilakukan meliputi dari pemilihan bahan baku, tatacara pengolahan, hingga bumbunya.
Sugeng Widodo misalnya, memilih bebek yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Soalnya, menurut Kardjono, “Bebek yang terlalu tua dagingnya sangat alot, sementara yang terlalu muda, dagingnya sedikit.
Para penyaji bebek itu umumnya biasa mendapatkan bebek yang sudah dibuang bulunya dari pemasok. Daging bebek ini tidak langsung diolah tapi melalui tahapan lain, yaitu pemeriksaan sisa bulu yang mungkin tidak tercabut. “Ini penting agar pengunjung tidak kecewa atau merasa jijik melihat bulu bebek yang masih ada di daging tersebut,” terang Kardjono. Setelah tak ada lagi sisa bulu yang tertinggal, barulah bebek dipotong menjadi 4 bagian, lalu bebek pun siap diolah. Satu hal lagi, saat mengolah selama sekitar 3 jam itu, gunakanlah api kecil. “Dengan api kecil, bumbu lebih meresap, daging bebeknya pun menjadi lebih empuk,” alasan Kardjono.
Sedangkan menurut Sugeng Widodo, bebek yang siap diolah ini harus dimasak selama 5 jam dengan api sedang supaya bumbunya lebih meresap. Pas digoreng bebek akan terasa empuk dan gurih.
Kiat Rouf Estianda lain lagi. Agar daging empuk dan tidak amis, bebek diolah dalam kuali tanah liat. Dalihnya, supaya matangnya bersamaan dan bumbunya meresap.
Agus, Rauf, Kardjono, Santoso, pun menyajikan bervariasi menu seperti bebek kremes, nasi bebek kebuli, bebek sambel hijau, tongseng bebek, gulai bebek cabai hijau, rendang bebek dan lain sebagainya.


Bebek Yogi Bikin Ketagihan

kini bertebaran ragam makanan. Mau makan apa saja tinggal pilih. Persoalan tinggal pada harga dan kecocokan citarasa. Yogi Tjahyono, pemilik restoran Bebek Goreng Yogi, tahu persis soal itu.
Nah, jika Anda termasuk dari komunitas penyuka daging bebek, sudah menjajal restoran mana saja di Jakarta? Dan, berdasarkan pengalaman selama ini, sudahkah ketemu yang citarasanya paling pas dengan harga yang juga relatif terjangkau?
Kalau pun sudah, tak ada salahnya sesekali mampir ke restoran Bebek Goreng Yogi di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Persisnya di Jalan Raya Panjang nomor 4. Di sanalah Yogi Tjahyono, sang pemilik, siap memuaskan para penyuka daging bebek dengan menu hasil olahannya yang gurih, lezat, dan nggakmahal-mahal amat.
Yogi menyuguhkan berbagai menu dan rasa daging bebek. Sebutlah bebek goreng, bebek bakar, bebek goreng rica, bebek goreng cabe ijo, dan bebek goreng lada hitam. Harganya berkisar Rp 10.000-Rp 12.000 per potong.
Salah satu kelebihan sajiannya yang dijamin sendiri oleh Yogi adalah daging bebek olahannya pasti empuk, tidak amis, dan bumbunya pun meresap. Sedikit buka rahasia dapur, Yogi menuturkan alasan kenapa daging bebek olahannya dijamin empuk.
Menurut Yogi, sebelum disajikan, daging bebek di restorannya direbus dulu selama dua-tiga jam. Bau amis daging bebek dihilangkan dengan ramuan bumbu masakan Manado yang terdiri atas jahe, daun jeruk, dan serai.
Yang juga unik, restoran Bebek Goreng Yogi menerapkan sistem prasmanan bagi pengunjungnya. Ya, siapa saja dipersilakan mengambil sendiri nasi, lalapan, lauk dengan pilihan bebek rica, bebek sambel ijo, bebek bakar yang harganya Rp 12.000 per potong. Sedangkan bebek goreng dibanderol Rp 10.000 per potong.
Semua menu itu diletakkan dalam wadah masing-masing sehingga memudahkan pengunjung ketika hendak memilih. Mau tambah nikmat melahap sajian ala Yogi, pengunjung juga bisa bisa menu tambahan seperti sate ati ampela, tahu tempe, lalapan daun kemangi, selada, dan ketimun segar.
Bagi yang doyan pedas, tersedia dua model sambal. Ada sambal ‘setan’, yakni sambal yang terbuat dari cabe rawit, tomat, dan terasi. Komposisinya, cabe 80% dan tomat plus terasinya 20%. Rasanya? Pedas menggigit alias pedes banget. Juga ada sambal mangga. Rasanya rame. Campuran manis, asam, dan pedas.
Tapi, karena selalu dipadati pengunjung, Anda yang ingin menjajal nikmatnya sajian Bebek Goreng Yogi harus rela mengantre, terutama pada jam makan siang dan makan malam. Bahkan, antrean di restoran Yogi kadang membuat macet satu sisi arteri Jalan Panjang.
Restotan Bebek Goreng Yogi memang sudah sangat dikenal banyak orang, khususnya penyuka daging bebek. Langganannya adalah orang-orang kantoran di sekitar lokasi usaha Yogi. Ada juga yang datang dari luar kota.
Jadi, jika Anda memang penyuka sejati daging bebek, jangan sampai tidak berani mengantre untuk mencicipi hidangan Bebek Goreng Yogi. Paling pagi mulai pukul 11.00 dan paling malam pukul 23.00 WIB. Cukup bawa uang Rp 20.000, Anda sudah bisa ‘berkeringat’ melahap daging bebek sajian Yogi.
Asal tahu saja, Yogi sendiri berani sesumbar, sekali mencoba pasti Anda ketagihan. Anda akan tergiur untuk datang, datang, dan datang lagi. Tak percaya? Coba saja!

BRANDA